“Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
-Matius 8:20
Inilah kesalahan yang dilakukan kebanyakan orang dalam hubungan mereka dengan orang lain. Mereka mencoba membangun tempat bersarang yang tetap dalam arus kehidupan yang terus bergerak.
Bayangkan seseorang yang cintanya Anda dambakan. Apakah Anda ingin jadi penting bagi orang itu, jadi istimewa dan membuat perbedaan dalam kehidupannya? Apakah Anda ingin orang itu peduli pada Anda dan memperhatikan Anda secara khusus? Apabila itu yang Anda inginkan, buka mata Anda dan lihatlah bahwa Anda dengan bodoh mengundang orang lain untuk menguasai diri Anda, membatasi kebebasan Anda untuk keuntungan mereka, mengendalikan perilaku Anda, pertumbuhan serta perkembangan Anda, sehingga sesuai dengan keinginan mereka. Seolah orang itu berkata kepada Anda, “Apabila kau ingin jadi istemewa bagiku, kau harus memenuhi syarat-syaratku. Karena begitu kau berhenti memenuhi pengharapanku, kau akan berhenti jadi istimewa.” Anda ingin jadi istimewa bagi seseorang, bukan? Karena itu, Anda harus membayarnya dengan kehilangan kebebasan Anda. Anda harus menuruti semua keinginannya seperti juga Anda menuntut orang lain menuruti semua keinginan Anda apabila mereka ingin jadi istimewa bagi Anda.
Kini, berhentilah sebentar untuk bertanya kepada diri sendiri apakah setimpal membayar semahal itu untuk hal sekecil itu. Bayangkan Anda berkata kepada orang yang cinta istimewanya Anda inginkan itu, “Biarkan aku bebas jadi diriku memikirkan pikiranku, memenuhi seleraku, mengikuti kecenderunganku, berbuat sesukaku.” Begitu mengucapkan kata-kata itu, Anda akan mengerti bahwa Anda meminta sesuatu yang mustahil. Minta jadi istimewa bagi seseorang berarti terikat pada tugas membuat diri Anda menyenangkan bagi orang itu. Dan karena itu, Anda akan kehilangan kebebasan Anda. Renungkan hal itu, dan sadarilah.
Mungkin sekarang Anda siap untuk berkata, “Aku lebih suka memiliki kebebasanku daripada cintamu.” Apabila Anda bisa punya teman dalam penjara atau berjalan bebas seorang diri di bumi, mana yang akan Anda pilih? Sekarang, katakan kepada orang itu, “Aku membebaskanmu untuk menjadi dirimu sendiri, memikirkan pikiranmu, memenuhi seleramu, mengikuti kecenderunganmu, berbuat sesukamu.” Begitu Anda mengatakannya, Anda akan mengalami salah satu dari dua hal ini: Hati Anda akan menolak kata-kata itu sehingga terbukalah jati diri Anda sebagai si pelengket dan pengeksploitasi. Karena itu, sekaranglah saatnya mengkaji ulang keyakinan keliru Anda bahwa tanpa orang itu Anda tak bisa hidup atau tak bisa bahagia. Atau hati Anda akan mengucapkan kata-kata itu dengan tulus sehingga saat itu juga terlepaslah semua kendali, manipulasi, eksploitasi, sikap posesif, dan rasa cemburu Anda. “Kubebaskan kau menjadi dirimu sendiri: memikirkan pikiranmu, memenuhi seleramu, mengikuti kecenderunganmu, berbuat sesukamu.”
Dan Anda akan mengalami satu hal lagi: Orang itu otomatis tak lagi menjadi istimewa dan penting bagi Anda. Dan dia jadi penting seperti halnya matahari tenggelam atau sebuah simfoni memang sudah indah dengan sendirinya, seperti halnya sebuah pohon memang sudah indah dan bukan karena buahnya atau keteduhan yang bisa diberikannya kepada Anda. Sehingga orang yang Anda cintai tidak jadi milik Anda. melainkan jadi milik semua orang atau tidak jadi milik siapa pun seperti halnya matahari terbit dan pohon. Ujilah dengan mengucapkan kata-kata ini lagi: “Kubebaskan kau menjadi dirimu sendiri….” Dengan berkata begitu, Anda telah membebaskan diri sendiri. Anda sekarang siap untuk mencintai. Karena ketika Anda melekat, yang Anda tawarkan kepada orang lain bukanlah cinta, melainkan rantai yang mengikat Anda dan orang yang Anda cintai. Cinta hanya bisa ada dalam kebebasan. Pecinta sejati mencari kebaikan orang yang dicintainya yang hanya bisa ada seiring pembebasan orang yang dicintai dari orang yang mencintainya.